Google
 

Selasa, 12 Agustus 2008

Perkebunan Sawit Sulit Dapatkan Pupuk

PALEMBANG, SRIPO — Beberapa bulan terakhir perkebunan kelapa sawit sulit mendapatkan pupuk baik Urea, SP36 dan lainnya. Akibat sulitnya mendapatkan pupuk, banyak perusahaan yang tak memupuk tanaman dan diperkirakan produksi kelapa sawit tiga tahun ke depan turun.
Demikian diungkapkan Ketua Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit (Gapki) Sumsel, Sumarjono Saragih ditemui sebelum rapat anggota Gapki di PT Sampurna Agro, Jumat (8/8). Menurutnya, ditambah lagi kebutuhan perkebunan lainnya ikut naik dan tidak mungkin turun. “Ini semua dampak dari kenaikan harga minyak dunia yang terus bergejolak. Semua keperluan operasonal juga mengalami kenaikan. Harga pupuk Urea dulunya hanya Rp 2.500 per Kg sekarang Rp 8.000,” tegas Sumarjono.
Sumarjono menjelaskan tingginya harga pupuk dan sulitnya mendapatkan pupuk di pasar dan ditambah lagi turunnya harga Crude Plam Oil (CPO) dari Rp 8.000 menjadi Rp 6.000 per kilogram, berujung pada turunnya harga Tandan Buah Segar (TBS) yang kini berkisar Rp 1.300, per kilogramnya. Dampak itu semua, membuat petani sawit dan perkebunan kelapa sawit mengurangi bahkan sama sekali tidak melakukan pemumpukan kelapa sawit.
Jika 50 persen perkebunan sawit di Sumatera Selatan (Sumsel) adalah milik petani. Maka jika tidak melakukan pemupukan maka dalam kurun waktu tiga tahun ke depan produksi kelapa sawit akan mengalami penurunan. Kelangkaan pupuk bukan disebabkan karena adanya perluasan areal perkebunan kelapa sawit di beberapa provinsi di Indonesia termasuk Sumsel.
“Kebutuhan pupuk satu pohon sawit termasuk unsur N, P dan K berkisar 10 Kg atau Rp 7 juta per hektar per tahun. Belum lagi cost lainnya,” ujarnya seraya menambahkan efek pupuk terhadap tanaman sawit itu 36 enam bulan mendatang.
Lebih jauh lagi, Sumarjono mengatakan saat ini sedang berlangsung musim kemarau, produksi kelapa sawit turun, namun permintaan CPO ditingkat pasar India meningkat. Logikanya bila suplai berkurang dan permintaan meningkat seharusnya harga CPO tinggi, namun tapi sebaliknya harga turun. Berdasarkan analisa sementara turunnya harga CPO karena adanya anomali pasar atau unsur spekulasi para pemain besar yang menahan stok. Karena stoknya melimpah dan cost membesar, para spekulan melepas dan pasokan CPO di pasar pun berlimpah dan pun harga turun. (sep)

2 komentar:

Rogan mengatakan...

susah cari pupuk ya pak budi cari ppuk alternatif aja pakai tandan busuk sawit aja

Erianto Simalango mengatakan...

Ya.. memang ditempat kami juga mengalami hal yang sama, tetapi beberapa teman sudah ada menggunakan pupuk Organik namanya Golden Harvest.

Pupuk ini bisa mengurangi pemakaian pupuk kimia hingga 50% dan juga murah. Hanya Rp. 90.000/liter dan cukup 2 liter saja untuk 1 hektar. Pupuk ini asli buatan Indonesia, dan juga mendapatkan rekor Muri.

mungkin bisa dipelajari di www.tiensgoldenharvest.co.cc

salam
eric

Sponsor News


Jobs Online- Informasi Kerja Online
CO.CC:Free Domain

PageRank

eXTReMe Tracker